Sabtu, 15 Februari 2014

RENUNGAN (Apakah Tuhan Itu Ada)

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.

“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, apa yang terjadi di jalanan itu menunjukkan bahwa Tuhan itu tidak ada? Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, mengapa ada orang sakit??, mengapa ada anak terlantar??"

"Jika Tuhan ada, pastiah tidak akan ada orang sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker, istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,” Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”

Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana,” Si konsumen menambahkan.

“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!” sanggah si tukang cukur.
”Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.” Itulah point utama-nya!.

Sama dengan Tuhan, Tuhan itu juga ada, tapi apa yang terjadi… orang-orang tidak mau datang kepada-Nya, dan tidak mau mencari-Nya. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.” 


Apakah Tuhan harus memaksa untuk datang kepada-Nya baru dunia tidak ada kesusahan? 
Semua kembali pada diri kita masing-masing. 

Minggu, 02 Februari 2014

MENOLONGLAH MAKA KAMU AKAN DITOLONG

Ada sebuah kisah yang bisa jadi bahan renungan tentang pentingnya memiliki sikap suka menolong.

Suatu sore Mamat berjalan pulang dengan lesu. Dagangan es cincau yang dipikulnya semakin terasa berat. Hujan terus mengguyur bumi sepanjang hari, artinya Mamat tak bisa mendapat rejeki untuk dibawa pulang. Terbayang istrinya yang hamil tua. Dari mana biaya untuk melahirkan kalau waktunya tiba?

Jalanan tergenang air selepas hujan yang akhirnya berhenti. Saat itulah Mamat melihat seorang wanita tua berpakaian bagus di depan mobil yang mogok. Kap mesin dibuka sebentar, wanita itu tampak mengutak-atik sesuatu, lalu menutupnya kembali dan masuk ke dalam mobil mencoba menyalakan mesin. Tidak berhasil.

Mamat semakin mendekat. Wanita itu melihatnya. Ada perasaan galau, meminta tolong atau mengunci pintu. Maklum, hari semakin gelap dan jalanan sepi. Siapa tahu pedagang cincau itu punya maksud tidak baik. Apalagi sang wanita sempat melihat raut muka Mamat dari kejauhan tampak aneh.

Mamat berhenti di dekat mobil dan mengetuk kacanya. Ia bertanya apakah butuh pertolongan. Kaca jendela terbuka sedikit, dan wanita itu menjelaskan masalahnya. Setelah terlibat perbincangan beberapa menit, akhirnya wanita itu setuju menerima pertolongan Mamat.Mamat pun segera meletakkan pikulannya dan meminta sang wanita menekan tombol pembuka kap mesin.

“Anda tak perlu turun kalau takut, Nyonya,” ucap Mamat.

Setelah kap mesin terbuka, Mamat segera memeriksa penyebab kerusakan. Dulu ia sempat bekerja jadi montir di bengkel mobil Koh Acong sebelum akhirnya tutup akibat keluarga bosnya itu mengungsi saat kerusuhan 1998. Sejak itulah Mamat memilih jadi pedagang cincau.

Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya, dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.Wanita itu berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia minta tidak menjadi masalah. Mamat hanya tersenyum dan menolak bayaran dari sang wanita dia berkata 

“Menolong orang bukanlah suatu pekerjaan yang harus dibayar.” 

Mamat cukup puas bisa membantu dan membuktikan kalau ia bukan orang jahat seperti yang dikhawatirkan wanita tersebut. Dalam benaknya Mamat hanya berpikir: Apabila menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan, suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.

Mobil pun bisa hidup kembali. Sang wanita menyampaikan terima kasih sebesar - besarnya. Lalu mobil itu pun melaju, menghilang dari pandangan. Mamat mengambil dagangannya dan pulang. Setelah berjalan beberapa ratus meter, wanita itu sadar kalau harus membeli nasi goreng pesanan anaknya. Kebetulan ia melihat gerobak nasi goreng di pinggir jalan. Ia pun berhenti dan memesan dua bungkus nasi goreng.

Saat menunggu, dilihatnya seorang wanita hamil datang mencari sisa-sisa gelas plastik rupanya pemulung. Wanita tua ini menjadi iba, ia teringat Mamat yang baru saja menolongnya. Maka ia pun memanggil sang wanita hamil, lalu dikeluarkannya 6 lembar pecahan seratus ribu rupiah dari dompetnya dan diberikan pada wanita hamil itu.

“Ibu, terima kasih banyak, tapi uang ini begitu besar saya tak tahu harus bilang apa,” kata si wanita hamil penuh haru.

“Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang harus kamu lakukan. Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang”, jawab si wanita tua.

Malam harinya, saat wanita hamil ini sudah di rumah dan bersiap tidur bersama suaminya, ia memeluk dan menunjukkan uang hasil pemberian seorang wanita padanya.

“Alhamdulillah, kang Mamat kita ada tambahan dan ini cukup untuk membayar bidan kalau datang waktunya saya melahirkan.”

Suaminya, Mamat memandang istrinya haru. Mereka berdoa penuh syukur karena Tuhan telah menolong mereka.

Ya, Mamat inilah sang penjual cincau. Namun ia tidak tahu kalau wanita tua yang ditolongnya telah memberi uang pada istrinya. Dan, istrinya pun tak tahu kalau sang suami yang menolong wanita tua itu.

Hidup adalah misteri. Namun alam semesta mengajarkan hukum siklus, yakni saat kamu menolong maka suatu saat pertolongan akan datang padamu saat dibutuhkan. Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar.